“Maka dari itu, sekolah yang pintar, biar tidak menjadi petani seperti kakekmu ini. Jadi petani itu capek.” Kakek pernah berpesan, dulu sekali. Lantas aku menjawabnya dengan nada sok bijak, “yang penting itu bukan pinter kek, tapi sehat. Kalau aku pintar, aku akan malas menggerakkan tubuh ini, bisa-bisa aku lumpuh, loyo. Dari pada pintar, mending aku jadi petani saja seperti kakek, sehal wal afiat”. Percakapan itu terjadi di tengah sawah yang sore, angin berhembus santai, matahari tak bersinar sombong. Aku lupa bagaimana ekspresi kakek waktu itu.