Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Kepulangan yang Mencemaskan

Aku bersyukur diberi laptop, uang, makanan, tempat tidur, kasih sayang dengan gratis, tak perlu membayar dengan uang. Walaupun aku tak tahu harus bersyukur kepada siapa, aku ragu apakah aku ini pantas bersyukur, ketika tak semua orang memiliki apa yang aku miliki. Jika aku bersyukur, bukannya sama saja aku menyukuri yang namanya ketidakadilan? Ya, di satu sisi itu terlihat muluk-muluk atau idealis. Tapi mau tak mau, begitulah yang aku pikirkan. Silahkan tidak dipercaya.

Prinsip Verifikasi yang Diabaikan Times Indonesia

Ada yang tidak baik-baik saja ketika membaca berita di timesindonesia.co.id yang berjudul “Peringati May Day, Aliansi Rakyat Malang Protes Kebijakan Jokowi – JK”. Sekilas, berita yang terbit pada tanggal 1 mei 2018 itu menjelaskan kondisi rakyat Indonesia tertindas oleh kebijakan presiden Jokowi dan apa yang menjadi tuntutan Aliansi Rakyat Malang.

Sampah

Si miskin sedang membuang setumpuk sampah, lalu si kaya datang dan bertanya “hei, kamu masih rajin membuang sampah itu?” si miskin menjawab “iya, agar lingkungan tetap sehat dan bersih, kenapa?” si kaya bingung dengan kebodohan si miskin, lalu ia memberi saran yang cerdas “Sampah itu kan bisa diolah menjadi benda yang bernilai jual tinggi. Lebih baik kamu usaha sampah saja, k amu nanti pasti kaya kalau membuat usaha sampah.” Si miskin berkata “oh, iya juga sih.”

Kasur yang Empuk

Ada hal-hal yang tak bisa dicapai dengan apa yang kita percayai. Begitulah yang aku pelajari dari sedikit liburanku. Bagaimanapun aku memikirkan ketidakmampuan-ketidakmammpuanku maupun rencana-rencana ke depan yang konkrit, semua tak mudah untuk dipikirkan maupun dilakukan. Suatu pelajaran yang didapat tak menjamin orang itu tak jatuh ke lubang yang sama. Ada yang sesuatu yang lain, selain pemikiran dan tindakan. Yang aku pahami, atau mungkin tak aku pahami.

Berpikir Lagi

Semua orang bisa berubah. Tubuhnya, pandangannya, sikapnya, perilakunya. Lalu suatu hari ada yang bilang padaku, “semoga pendapatmu tentang Tuhan tentang Allah tentang Islam itu masih bisa berubah…” ya mungkin saja, pikirku waktu itu. Mungkin ia ingin supaya aku tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk.

Sholat

Ketika sholat aku bersyukur Ketika sholat kadang aku tersenyum, lalu kutahan senyumku Ketika sholat kadang aku salah arah, lalu aku mengulangi sholatku

Aku Pernah Menulis

Aku pernah menulis, kondisi teman-temanku yang kurang bergairah untuk menulis adalah tantangan tersendiri bagiku untuk membuat mereka menjadi (stidaknya) tertarik untuk menulis. Ya, dan tantangan itu sedang kujalani sekarang. Dan, ternyata susahnya minta ampun. Jatuh bangun semangatku dan tergores-gores batinku ketika membangun dasar pondasi iklim tulis-menulis.

Aku Gila

Apa hanya mataku bisa melihat ini? Bahwa selama ini mataku dan mata teman-temanku telah dijejali kacamata kepalsuan Ketika aku dan teman-temanku sedang menyirami pikiran yang segar, ternyata kami sedang menyiraminya dengan racun dan racun itu di bungkus oleh buku pelajaran

Aliansi Rakyat Malang Melawan Kebijakan & Tindasan Fasis Rezim Jokowi-JK*

Salam Perjuangan untuk Rakyat Seluruh Bumi Manusia…! Kita tahu bahwa tanggal 1 mei adalah tanggal merah, artinya itu adalah hari libur. Tapi perlu diketahui kalau tanggal 1 mei bukanlah hari libur untuk bersenang-senang, bukan hari libur untuk menghabiskan waktu untuk beristirahat dari kesibukan kita sehari-hari. Tanggal 01 mei adalah Hari Buruh se-Dunia , hari untuk “menunjukan perlawanan atas penindasan terhadap kaum buruh” . Perlawanan dengan aksi solidaritas turun ke jalan, saling menjaga, saling menguatkan. Melantangkan suara-suara perlawanan untuk memperjuangkan keadilan bagi kaum buruh.

Inovasi dan Hal-Hal yang Belum Selesai*

Setelah agak lama berpura-pura, kekecewaan itu datang dengan lebih jelas. Banyak hal yang tidak terpikirkan, banyak hal yang tidak tersampaikan, banyak hal yang tidak dilaksanakan, banyak hal yang tidak dilakukan bersama. Tak semua isu mampu ditindaklanjuti oleh redaksi, Mungkin sejak awal kita masih belum mampu untuk melihat sesuatu sebagai hal yang penting untuk disampaikan kepada pembaca. Kita juga belum bisa langsung tergerak untuk segera memberitakan sesuatu yang penting itu. Kita tak tahu harus mencari data dimana, wawancara siapa, bagaimana memahami peristiwa atau fenomena, mana yang timpang, dan harusnya gimana?

Jika Differance Adalah Alasan untuk Malas

Selasa, 16 Januari 2018, aku menuliskan judul untuk tulisan ini. Judulnya seperti yang ada di atas, lalu ada beberapa kata yang menjadi kerangka tulisan. Kata-kata itu adalah “Konsep difeerance derrida/Menulis, makna, dan typo/Papan, Sandang, Makan/Tujuan hidup. Kemudian saya kepikirandan mau melanjutkan tulisannya saat ini, kamis 19 april 2018. Masih teringat apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan, tentang hasil pembacaan saya setelah membaca Derrida (filsuf postmoderen) dan mencoba mengkritik persepsinya terhadap teks dan kehidupan.

Cerita di Sekolah Filsafat*

Gemercik air keran wastafel kumainkan pada 06.30 pagi. Aku menyikat gigi dan mencuci muka, lalu bersiap-siap untuk melanjutkan forum Sekolah Filsafat yang kami mulai pada malam sebelumnya. Teman-temanku terlihat masih tidur, ada yang tidur di kamar, ada yang tidur di ruang forum tanpa kasur, ada yang di luar forum tapi dengan kasur. Aku kaget ketika melihat pak pemateri, Mas Topik de Kikie, tidur di ruang forum, tidak di kasur. Teman-temanku maupun aku tidak menyadari hal ini, hahah… Yaa, beginilah kami, anak UAPM Inovasi memperlakukan seniornya.

Tauhid (Tanah Untuk Hidup Kita)*

Assalamualaikum wr. wb. Di sela-sela rutinitas kita yang menjenuhkan seperti kuliah, kerja, sholat dan ngaji, ternyata masalah kepemilikan lahan (bahasa kerennya kasus agraria) terus ada dan berlipat ganda. Apa itu kasus agraria? Singkatnya kasus agraria adalah segala permasalahan tentang kepemilikan tanah, biasanya yang terjadi itu antara masyarakat dengan perusahaan. Seperti yang saat ini sedang terjadi (lebih tepatnya hari kamis 12 april 2018) di Tamansari, Bandung. Masyarakat yang menolak pembangunan rumah deret dipukuli dan diserang oleh polisi yang alasannya mau mengamankan. Masyarakat, mahasiswa, dan anak SMA pun jadi korban.

Mikuwah (Muthia Icil Kholil Uswah Wahyu)*

Divisi ini bernama diskusi. Yang menyebabkan divisi ini bernama diskusi, tentu karena divisi ini melakukan kegiatan diskusi. Namun bagaimana jika divisi ini tidak melakukan kegiatan diskusi, apakah namanya masih divisi diskusi? Memang kenapa kita harus berdiskusi? Kenapa kita tidak berdiskusi? Kita punya jawaban masing-masing. Tapi sebenarnya, sejak awal, yang membuat kita bisa berkumpul untuk berdiskusi adalah satu hal yang bernama “ketidakpercayaan”.

Menulis Seperti Berjalan di Lorong yang Gelap

Beberapa hal pernah kutulis, entah hal yang aku ketahui maupun hal yang belum aku ketahui sebelumnya. Entah memang karena ingin menulisnya maupun mencari tahu dulu, baru menulisnya. Atau, menulis apapun saat itu juga ketika ada yang mengajak menulis bareng. Semua bermuara pada kata-kata apa yang aku pilih untuk menyampaikan makna tulisanku.

Menjaga*

Ketika alam sudah rusak, yang biasanya kita lakukan adalah merawat, melestarikan, dan menjaganya agar kembali pulih. Kita menjaga alam karena kita membutuhkannya agar bisa tetap hidup. Tanaman, air, tanah dan semua elemen yang berasal dari alam bisa kita gunakan untuk kelangsungan hidup kita. Manusia.

Indonesia Malas Membaca*

Jika anda memasukkan kata kunci ‘minat baca Indonesia’ di kolom mesin pencari Google, maka yang muncu di daftar pencarian teratas adalah ‘rendahnya minat baca di Indonesia’ dan ‘beberapa upaya untuk meningkatkan minat baca di indonesia’.

Si Perak, yang di Tertawakan*

Teriakan gembira menambah kebisingan di sekitar taman tugu pahlawan, semarang. Suara itu berasal dari gerombolan anak muda yang baru saja pulang dari lomba paduan suara mahasiswa di Universitas negeri Semarang. Tidaka ada yang menyangka kalau mereka akan mendapatkan medali perak. Ketua umum, pelatih, anggota baru, pengurus, tidak ada yang menyangkanya.

Jurnalisme Kritis dan Outline?*

Sebuah pengantar   Perlu diketahui kalau jurnalisme kritis itu bukanlah sebuah genre jurnalisme. Ia hanyalah perpaduan antara jurnalisme dengan teori kritis dari aliran filsafat mazhab kritis (Adorno, Horkheimer, Marcuse, Habermas). Mahzab ini sering dibandingkan atau dilawankan dengan yang namanya aliran positivis (Emile Durkheim, Max Weber, Auguste Comte). Kalau kita belajar filsafat mazhab kritis, kita akan tahu bahwa perbandingan antara positivis dan kritis ini mengacu pada penolakan para pemikir di mazhab kritis terhadap filsafat/ilmu positivis. Kenapa ditolak? Bagi pemikir mazhab kritis, ilmu positivis telah gagal membawa kesejahteraan kepada manusia.

Ternyata

yang indah ternyata bisa musnah yang dipercaya ternyata bisa dusta yang disuka ternyata bisa membuat luka yang disayang ternyata bisa hilang yang dicinta ternyata bisa menyiksa yang cerdas ternyata bisa menindas yang baik ternyata bisa menjadi jahat yang bebas ternyata bisa mengekang yang hidup ternyata bisa mematikan hidup yang manusia ternyata bisa tidak manusiawi

Dari Menunda ke Menunda

Semester kemarin sudah berlalu. Harapan untuk terus menulis menjadi harapan dan menguap saja. Kesibukan bisa menjadi alasan, tapi tak konsisten tetaplah tak konsisten. Hal yang paling pantas dilakukan sepertinya hanya meresapi kekecewaan dalam diam. Terus menerus. Memang, masalahnya bukanlah ketidakmauan untuk memanfaatkan waktu, melainkan sudah sadar tak memanfaatkan waktu tapi tak segera beranjak menulis.

Pencarian Makna Hidup

Lyev Nikolavevich Tolstoy atau dikenal dengan Leo Tolstoy (1828-1910) adalah seorang penulis terkenal berasal dari Rusia abad 19. Karyanya yang terkenal adalah Anna Kerenina dan War and Peace. Sebagai penulis yang terkenal, Leo Tolstoy mengalami krisis usia yang menekannya hingga membuatnya hampir bunuh diri. Suatu alasan yang membuatnya ingin bunuh diri adalah dua pertanyaan. Pertanyaan itu adalah Apa yang akan terjadi dari apa yang kulakukan hari ini atau yang akan kulakukan besok? Dan Apa yang akan terjadi dengan seluruh hidupku? Dia merasa putus asa terhadap ajaran agama Kristen Ortodok. Karena menurutnya hidup adalah suatu keputusasaan, dengan keinginan kuat   Leo Tolstoy terus mencari apa yang dinamakan makna hidup.   Melalui A Confession Loe Tolstoy menceritakan kisah hidupnya dalam pencarian makna hidup.

Diam dan Bicara

Orang bilang, diam adalah emas dan bicara adalah perak Orang lain bilang, diam itu pasif dan bicara itu aktif Tapi aku bilang, diam itu bicara pada diri sendiri yang dipatik nurani Dan bicara itu suara nurani yang dibatasi toleransi

Cerita dengan Dia*

Terjebak dalam pikiran sendiri. Sebuah anggapan bahwa diri sudah bisa berubah dari hal yang kaku ke hal yang lunak. Awalnya berpikir bahwa kaku itu, egois itu yang benar, tapi setelah bersama mereka, aku sadar kalau egois itu tak selalu benar, dan lunak tak ada salahnya. Ketika mereka tertawa dan membuatku tertawa, aku berpikir dan merasa bahwa aku sedikit berubah. Ya aku memang berubah, tapi mereka tak begitu menginginkan aku yang lunak. Mereka menekanku dengan perasaan mereka, dan pikiranku terbolak-balik. Lunak pun tak selamanya baik, aku tahu itu, tapi mereka menyimpan ketakinginannya sampai akhir tiba. Mereka diam dalam tawa mereka. Aku tak tahu, hal-hal ini diluar batas pemikiranku. Ah, aku kalah.

Kebenaran

Jika kita membutuhkan informasi, kita akan membutuhkan infornasi yang benar. Bagaimana cara untuk mengetahui kebenaran? Tentu dengan membaca, melihat dan mendengar kebenaran itu. Kita bisa melakukan kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, menyimpan dan menyampaikan kebenaran dengan jurnalisme.

Aku dan Mereka

Orang-orang mengasingkanku, perlahan Ada yang mencoba mengakrabiku Walaupun sebenarnya ia tak benar-benar ingin memahamiku Ada yang takut kehilangan aku Walaupun tak menginginkan aku melakukan apa yang aku inginkan Ada yang benar-benar meninggalkanku Walaupun ia tak bisa melepas ketergantungannya padaku